SEJARAH PAPUA

Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur Papua Bagian Barat (dulu Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia
A.      Pendahuluan
Sejarah Papua tidak bisa dilepaskan dari masa lalu Indonesia. Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Papua merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat, West Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya dari wilayah pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu bekas koloni Inggris. Populasi penduduk di antara kedua negara sebetulnya memiliki kekerabatan etnis, tapi kemudian dipisahkan oleh sebuah garis perbatasan.
Papua memiliki luas area sekitar 421.981 km2 dengan jumlah populasi penduduk hanya sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis yang sulit ditembus karena terdiri atas lembah-lembah yang curam dan pegunungan tinggi, dan sebagian dari pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini ditandai dengan 141 garis Bujur Timur yang memotong pulau Papua dari utara ke selatan.
Seperti juga sebagian besar pulau-pulau di Pasifik Selatan lainnya, penduduk Papua berasal dari daratan Asia yang bermigrasi dengan menggunakan kapal laut. Migrasi itu dimulai sejak 30.000 hingga 50.000 tahun yang lalu, dan mengakibatkan mereka berada di luar peradaban Indonesia yang modern, karena mereka tidak mungkin untuk melakukan pelayaran ke pulau-pulau lainnya yang lebih jauh.
Para penjelajah Eropa yang pertama kali datang ke Papua, menyebut penduduk setempat sebagai orang Melanesia. Asal kata Melanesia berasal dari kata Yunani, ‘Mela’ yang artinya ‘hitam’, karena kulit mereka berwarna gelap. Kemudian bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan juga bangsa Portugis yang berinteraksi secara dekat dengan penduduk Papua, menyebut mereka sebagai orang Papua.
Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, karena tercatat bahwa selama abad ke-18 M, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatera Selatan, mengirimkan persembahan kepada kerajaan Tiongkok. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cenderawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal sebagai ‘Janggi’.
Dalam catatan yang tertulis di dalam kitab Nagarakretagama, Papua juga termasuk kedalam wilayah kerajaan Majapahit (1293-1520). Selain tertulis dalam kitab yang merupakan himpunan sejarah yang dibuat oleh pemerintahan Kerajaan Majapahit tersebut, masuknya Papua kedalam wilayah kekuasaan Majapahit juga tercantum di dalam kitab Prapanca yang disusun pada tahun 1365.
Walaupun terdapat kontroversi seputar catatan sejarah tersebut, hal itu menegaskan bahwa Papua adalah sebagai bagian yang tidak terlepas dari jaringan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara yang berada di bawah kontrol kekuasaan kerajaan Majapahit.
Selama berabad-abad dalam paruh pertama milenium kedua, telah terjalin hubungan yang intensif antara Papua dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, yang hubungan tersebut bukan hanya sekadar kontak perdagangan yang bersifat sporadis antara penduduk Papua dengan orang-orang yang berasal dari pulau-pulau terdekat.
Selama kurun waktu tersebut, orang-orang dari pulau terdekat yang kemudian datang dan menjadi bagian dari Indonesia yang modern, menyatukan berbagai keragaman yang terserak di dalam kawasan Papua. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi yang cukup intens dan waktu yang tidak sebentar agar para penduduk di Papua bisa belajar bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, apalagi mengingat keanekaragaman bahasa yang mereka miliki. Pada tahun 1963, dari sekitar 700.000 populasi penduduk yang ada, 500.000 di antara mereka berbicara dalam 200 macam bahasa yang berbeda dan tidak dipahami antara satu dengan yang lainnya.
Beragamnya bahasa di antara sedikitnya populasi penduduk tersebut diakibatkan oleh terbentuknya kelompok-kelompok yang diisolasi oleh perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya selama berabad-abad karena kepadatan hutan dan juga jurang yang curam yang sulit untuk dilalui yang memisahkan mereka. Oleh karena itu, sekarang ini ada 234 bahasa pengantar di Papua, dua dari bahasa kedua tanpa pembicara asli. Banyak dari bahasa ini hanya digunakan oleh 50 penutur atau kurang. Beberapa golongan kecil sudah punah, seperti Tandia, yang hanya digunakan oleh dua pembicara dan Mapia yang hanya digunakan oleh satu pembicara.
Sekarang ini bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa pengantar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan merupakan bahasa di dalam melakukan berbagai transaksi. Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa melayu, versi pasar.

B.      Asal Usul Nama Papua
Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua.
Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.
UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri.
C.      Senjata tradisional
Description: C:\Users\DOEL\Pictures\papua\Papua - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas_files\Pisau_belati_papua.jpg






Salah satu senjata tradisional di Papua adalah Pisau Belati. Senjata ini terbuat dari tulang kaki burung kasuari dan bulunya menghiasi hulu Belati tersebut. senjata utama penduduk asli Papua lainnya adalah Busur dan Panah. Busur tersebut dari bambu atau kayu, sedangkan tali Busur terbuat dari rotan. Anak panahnya terbuat dari bambu, kayu atau tulang kangguru. Busur dan panah dipakai untuk berburu atau berperang






D.     Makanan Khas
1.   Description: Papeda Makanan Khas Papua, Papua Barat dan MalukuPapeda












Papeda adalah makanan khas wilayah timur, termasuk Papua Barat. Makanan ini terbuat bahan dasar berupa sagu. Papeda diolah sehingga menyerupai bubur, berwarna putih dan bertekstur lengkat hingga menyerupai lem. Rasa asli dari papeda adalah hambar. Papua bianya dimakan dengan ikan seperti tongkol atau mubara yang dimasak dengan kunyit sehingga kadang kuahnya berwarna kuning. Cara makan papeda sama seperi makan nasi dan lauk-pauk pada umumnya.

2.   Martabak Sagu

Description: martabak sagu makanan khas fakfak











Martabak ini  terbuat dari sagu yang dihaluskan kemudian digoreng dan diberi gula merah. Martabak yang berasa dari Kabupaten Fakfak ini berbeda dengan martabak yang biasa kita temui di daerah lain seperti martabak manis atau martabak telor. Hal yang paling membedakan adalah bahan pokoknya, sagu. Rasa makanan khas ini cukup enak dan manis juga tidak kalah dengan martabak jenis martabak yang sudah umum kita makan. Tertarik untuk mencoba?, siapkan budget dan langsung cabut ke Fakfak. Sepertinya martabak sagu jika ditemani oleh makanan khas Bali akan semakin nikmat ya, hehe.

3. Sate Ulat Sagu
Description: Sate Ulat Sagu Papua










Salah satu makanan khas Papua Barat lainnya adalah Sate Ulat Sagu. Jenis makanan ini bagi kita mungkin akan membuat mual bahkan muntah. Ulat Sagu ini didapatkan dari batang pohon sagu yang sudah tua. Masyrakat asli papua yang telah terbiasa hidup di alamseringkali mwngkonsumsi ulat sagu diolah terlebih dahulu. Namun sekarang ulat sagu ini sudah diolah dengan cara dibakar hingga hampir mirip dengan sate. Lebih tepatnya sate ulat sagu ini adalah makanan khas Raja Ampat.
Description: Ikan Bakar Manokwari4. Ikan Bakar Manokwari




Sesuai namanya, makanan khas ini berasal dari wilayah Manokwari, Papua Barat. Manokwari sendiri merupakan Ibukota Provinsi Papua Barat. Jenis ikan yang biasa digunakan untuk dibakar adalah ikan tongkol. Teman-teman yang ke Manokwari sangat direkomendasikan untuk menikmati hidangan pedas ini. Sambal yang digunakan dijamin berbeda dengan sambal yang pernah teman-teman makan selama ini.





5. Ikan Bungkus
Description: Ikan Bungkus Khas Papua





Sekilas bentuknya memang mirip dengan ikan pepes dan menggunakan resep yang hampir sama. Yang membedakan adalah bahan dasarnya keduanya. Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan ikan bungkus adalah jenis ikan laut. Selain itu pembuatan ikan bungkus memerlukan bumbu yang lebih beragam dan sedikit tambahan daun salam untuk pembungkusan. Jika dimakan dengan nasi, dijamin bikin lahap teman-teman.
6. Udang Selingkuh
Udang ini disebut udang selingkuh karena udang ini berbentuk udang namun memiliki tangan atau  capit seperti kepiting. Iya, udangnya dianggap berselingkuh dengan kepiting, hehe. Udang ini sangat populer di wilayah Wamena, Papua Barat. Penyajian udang ini bisa dengan digoreng, dibakar atau direbus. Jika suatu waktu melakukan traveling ke Papua Barat, sempatkan ke Wamena untuk “membantai” udang yang suka selingkuh ini, hehe

 

 

7.      Sagu Lempeng

Description: Sagu Lempeng





Salah satu warisan dari camilan khas Indonesia timur yang tak kalah enaknya adalah sagu lempeng. Tidak hanya di Papua saja, di Maluku sagu lempeng kini sudah tersebar di beberapa warung angkringan sudut-sudut kota. Biasanya sagu lempeng disajikan sebagai cemilan pelengkap saat bersantai ditengah-tengah minuman kopi atau teh yang telah dihidangkan. Agar tampilannya semakin menarik, sagu lempeng yang biasanya berwarna kecoklatan sekarang dimodifikasi dengan menggunakan bahan pewarna alami yang tentunya tidak berbahaya bagi tubuh.

E.      Alat Musik

Tifa

Description: C:\Users\DOEL\Pictures\papua\Papua - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas_files\220px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Enkelvellige_bekervormige_trom_.jpg






Tifa merupakan alat musik khas Indonesia bagian Timur, khususnya Maluku dan Papua. Alat musik ini bentuknya menyerupai kendang dan terbuat dari kayu yang di lubangi tengahnya.
Tifa mirip dengan alat musik gendang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. Setiap suku di Maluku dan Papua memiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.
Tifa biasanya digunakan untuk mengiringi tarian perang dan beberapa tarian daerah lainnya seperti tari Lenso dari Maluku yang diiringi juga dengan alat musik totobuang, tarian tradisional suku Asmat dan tari Gatsi.
Alat musik tifa dari Maluku memiliki nama lain, seperti tahito atau tihal yang digunakan di wilayah-wilayah Maluku Tengah. Sedangkan, di pulau Aru, tifa memiliki nama lain yaitu titir. Jenisnya ada yang berbentuk seperti drum dengan tongkat seperti yang digunakan di Masjid . Badan kerangkanya terbuat dari kayu dilapisi rotan sebagai pengikatnya dan bentuknya berbeda-beda berdasarkan daerah asalnya.

F.      Pakaian Adat Papua
Secara umum, masyarakat Papua hidup di daerah-daerah yang terisolir. Mereka menyebar di dalam penjuru hutan membentuk komunitas adat secara terpisah. Karena hal ini berlangsung sejak zaman dahulu, perkembangan modernisasi sangat lambat di Papua. Hal ini berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan hidup mereka yang serba mengandalkan alam, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan sandang.

Dalam pemenuhan kebutuhan akan sandang, hubungan erat masyarakat Papua dan alam dapat dilihat dari pakaian adat tradisional yang mereka kenakan. Pakaian adat Papua dan aksesorisnya secara keseluruhan terbuat dari 100% bahan alami dengan cara pembuatan yang sangat sederhana

1.   Koteka
Koteka adalah sebuah penutup kemaluan sekaligus pakaian adat laki-laki Papua. Pakaian ini berbentuk selongsong yang mengerucut ke bagian depannya. Koteka dibuat dari bahan buah labu air tua yang dikeringkan dan bagian dalamnya (biji dan daging buah) dibuang. Labu air yang tua dipilih karena cenderung lebih keras dan lebih awet dibanding labu air muda, sementara pengeringan dilakukan agar koteka tidak cepat membusuk.
Beberapa suku menyebut koteka dengan nama hilon, harim, atau bobbe.
Koteka digunakan sebagai pakaian sehari-hari maupun sebagai pakaian saat melakukan upacara adat dengan cara diikat ke pinggang menggunakan seutas tali sehingga ujung koteka mengacung ke atas. Khusus untuk yang dikenakan saat acara adat, koteka yang digunakan biasanya berukuran panjang serta dilengkapi dengan ukiran-ukiran etnik. Sementara untuk yang dikenakan saat bekerja dan aktivitas sehari-hari koteka yang digunakan biasanya lebih pendek.
Di antara jenis pakaian adat Papua lainnya, koteka menjadi yang paling populer, bahkan bagi masyarakat dunia. Turis-turis yang datang ke Papua biasanya akan membeli koteka dan menjadikannya sebagai cendera mata khas Papua

2.   Rok Rumbai
Jika para pria mengenakan koteka, maka para wanita Papua akan mengenakan rok rumbai. Rok rumbai adalah pakaian adat Papua berupa rok yang terbuat dari susunan daun sagu kering yang digunakan untuk menutupi tubuh bagian bawah.
Dalam beberapa kesempatan, selain dikenakan wanita, rok rumbai juga bisa dikenakan para pria. Rok rumbai umumnya akan dilengkapi dengan hiasan kepala dari bahan ijuk, bulu burung kasuari, atau anyaman daun sagu. Pakaian Adat Papua Baik saat menggunakan koteka maupun rok rumbai, orang Papua pada umumnya tidak akan menggunakan baju atasan seperti orang-orang suku lain yang menggunakan pakaian adatnya. Orang papua hanya akan menyamarkan tubuh bagian atasnya menggunakan lukisan-lukisan atau tatto yang dibuat dari tinta alami. Motif tatonya sendiri sangat beragam. Namun umunya tidak jauh dari bentuk flora dan fauna khas Papua.









Perlengkapan pakaian adat papua

Pelengkap pakaian adat Papua tersebut misalnya
·         manik-manik dari kerang
·         taring babi yang dilekatkan di antara lubang hidung
·         gigi anjing yang dikalungkan di leher
·         tas noken (tas dari anyaman kulit kayu untuk wadah umbi-umbian atau sayuran yang dikenakan di kepala)
serta senjata tradisonal adat Papua yaitu
·         tombak
·         panah
·         sumpit.

G.      Objek Wisata

1. Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Description: Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Taman nasional dengan luas 1.453.500 hektar ini hampir 90% berupa perairan. Tak mengherankan jika Taman Nasioanal Teluk Cenderawasih menjadi kawasan konservasi laut terbesar dan terluas di Indonesia. Di sini, terdapat 196 jenis moluska dan 209 jenis ikan yang bisa Anda saksikan di alam bawah lautnya. Tak jarang kura-kura, penyu, hiu dan lumba-lumba juga ikut menemani Anda saat menyelam.
Taman Nasional Teluk Cenderawasih diresmikan pada tahun 1993 oleh Kementerian Kehutanan. Selain menikmati alam bawah lautnya, Anda juga bisa menjelajahi pulau-pulaunya. Pulau Mioswaar, salah satu pulau di tempat wisata di Papua ini, memiliki gua dengan sumber air panas dengan kandungan belerang yang layak Anda kunjungi. Selain Pulau Mioswaar, masih ada Pulau Yoop, Pulau Numfor, Pulau Nusrowi dan pulau-pulau lainnya yang tak boleh Anda lewatkan.
Tempat wisata ini secara administratif berada di dua kabupaten yaitu Wondama dan Nabire. Taman nasional ini juga menjadi pusat penelitian hiu paus atau whale shark yang dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan LSM dalam dan luar negeri.




2. Raja Ampat
Description: Raja Ampat
Raja Ampat
Siapa tak mengenal Raja Ampat? Salah satu tempat wisata di Papua ini keindahannya menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Kawasan Raja Ampat ini terdiri dari empat pulau besar yaitu Waigeo, Misool, Salawati, Batanta dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Raja Ampat memiliki biota laut yang beragam. Menurut laporan dari The Nature Conservancy, sebanyak 75% spesies laut dunia ditemukan di perairan Raja Ampat. Selama menyelam, Anda akan ditemani sekitar 1.511 jenis ikan dan juga penyu laut. Mengasyikan, ya? Meskipun Anda bebas menyelam kapan saja sepanjang tahun di sini, namun waktu terbaiknya adalah pada bulan Oktober dan November. Pada bulan-bulan ini, cuaca sedang bagus dan air sangat jernih sehingga jarak pandang saat menyelam sangat ideal.
Jika tak ingin menyelam, Anda masih bisa menikmati keindahan Raja Ampat dengan melakukan trekking di pulau-pulaunya. Takut tersesat? Tenang. Anda bisa menggunakan jasa pemandu di sini. Pemandu di tempat wisata ini adalah warga setempat yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan. Jangan lupa membawa buah pinang atau permen untuk diberikan pada warga setempat. Buah pinang dan permen dianggap sebagai tanda persahabatan dan akan membuat Anda lebih akrab dengan mereka.
Di sini, ada banyak suvenir yang bisa Anda beli sebagai oleh-oleh mulai dari patung suku Asmat sampai alat musik dan kain tradisional.
3. Danau Sentani
Description: Danau Sentani
Danau Sentani
Danau dengan luas 9.360 hektar ini merupakan danau terbesar di Papua. Terletak sekitar 50 km dari pusat kota Jayapura, Danau Sentani menawarkan keindahan luar biasa. Sedikitnya ada 21 pulau yang menghiasi danau dengan ketinggian 75 meter di atas permukaan laut ini.
Ada banyak kegiatan yang bisa Anda lakukan di sini mulai dari berenang, memancing, menyantap kuliner di sekitar danau sampai menyewa perahu untuk berkeliling danau. Selain itu, ada 24 desa di sekitar tempat wisata ini yang bisa Anda kunjungi dan berinteraksi langsung dengan warganya. Pemandangan deretan rumah panggung dengan jaring ikan menjadi hal yang wajar Anda saksikan di sini.
Yang menarik adalah adanya acara tahunan yaitu Festival Danau Sentani yang biasa diselenggarakan pada pertengahan bulan Juni. Saat festival berlangsung, tempat wisata di Papua ini akan penuh disesaki wisatawan yang ingin menyaksikan berbagai pertunjukan seni dan budaya setempat. Selain menikmati pertunjukan selama festival, Anda juga bisa memuaskan lidah dan perut dengan kuliner khas Papua yang banyak disajikan di sini.





4. Danau Paniai
Description: Danau Paniai
Danau Paniai
Danau Paniai tak kalah menarik dari Danau Sentani. Danau ini bahkan disebut sebagai danau terindah pada Konferensi Danau Se-Dunia di India pada tanggal 30 November 2007 yang diikuti 157 negara. Danau ini berada di ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut dengan luas 14.500 hektar. Saat senja, pemandangan di tempat wisata ini sangat cantik. Anda bisa melihat siluet tebing-tebing, burung-burung berterbangan di atas danau ditambah perahu nelayan setempat yang mulai merapat pulang.
Di sini, Anda bisa memancing bersama perempuan-perempuan suku Mee dan Moni yang biasa dipanggil ‘mama’. Danau Paniai merupakan salah satu penghasil ikan air tawar terbesar di Papua, banyak ikan yang Anda temukan di sini seperti ikan mas, ikan nila dan ikan mujair.
Fasilitas yang disediakan di tempat wisata di Papua ini cukup lengkap mulai dari pos jaga, pemandu, sewa perahu dan alat pancing, sampai warung makan di sekitar danau. Jika ingin menikmati keindahan Danau Paniai lebih lama, Anda bisa menginap di rumah warga.




5. Lembah Baliem
Description: Lembah Baliem
Lembah Baliem
Lembah Baliem merupakan tempat tinggal suku Dani, Yali dan Lani yang terletak di sekitar Pegunungan Jayawijaya. Berada di ketinggian 1.600 meter di atas laut membuat suhu di tempat ini bisa mencapai 10-15 derajat Celcius pada malam hari. Di sini, Anda bisa melihat dan berinteraksi langsung dengan suku asli yang masih memakai koteka bagi pria dan rok rumbai bagi perempuannya.


Pantai Mansinam 

Description: http://images.solopos.com/2014/08/divebuddy-com-370x277.jpg

Pantai Mansinam terletak di pulau mansinam yang berada di teluk doreri (dikenal juga dengan nama teluk dorey atau teluk doreh), di selatan kabupaten Manokwari, provinsi Papua Barat. Pantai ini memiliki pasir putih bersih yang berpadu dengan air jernih kebiruan yang sangat indah. Pulau ini memiliki luas 140,97 hektare, di sekitar pulau ini Sobat dapat menikmati berbagai kegiatan wisata alam, seperti berenang, berjemur  dan bersantai, serta snorkeling. Perairan pantai mansinam yang terletak di teluk Dorei memiliki hamparan terumbu karang yang sangat indah dan bersih dari polusi. Selain di pantai mansinam, penyelaman juga dapat di lakukan di pantai – pantai lain yang terletak di pulau – pulau kecil sekitar pulau mansinam. Sobat dapat menjumpai berbagai ikan kecil dan terumbu karang berwarna – warni, yang tidak takut dengan wisatawan yang melakukan snorkeling. Pulau mansinam merupakan pulau yang bersejarah bagi rakyat Papua. Karena merupakan pintu masuk peradaban dunia modern.





Puncak Jayawijaya (Carstensz Pyramid)



Puncak Jayawijaya  merupakan salah satu tujuan wisata di Papua yang masuk dalam 7 puncak incaran para pendaki gunung dari berbagai belahan dunia adalah Puncak Jayawijaya. Salah satu tempat wisata alam yang letaknya di Taman Nasional Laurentz ini mempunyai panorama yang sangat indah dan puncaknya selalu tertutup oleh salju. Di puncak gunung tertinggi di Indonesia ini, salju terhampar begitu luas. Ketinggiannya yang mencapai 4.884 dapl membuat salju abadi pun menutupi puncak gunung di Papua ini. Salju di puncak Jayawijaya merupakan salah satu fenomena alam yang unik, karena es alami biasanya tidak turun di sepanjang khatulistiwa. Jika dilihat dari udara, Puncak Jayawijaya bagaikan permadani yang diselimuti tudung putih. Jika matahari sedang cerah, maka hamparan salju tersebut akan akan memantulkan cahaya matahari yang menyilaukan namun tetap mengagumkan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Menentukan Kalor Yang Hilang Dalam Proses Pertukaran Kalor”

nama alat-alat medis

Makalah teori ernestine